Maandag 28 Januarie 2013

Mitos Kecantikan dan Cerita Dongeng Cinderella

Mitos Kecantikan dan Cerita Dongeng Cinderella. Mitos Kecantikan dan Cerita Dongeng Cinderella. Tidak sedikit kaum perempuan yang terinspirasi untuk memiliki bentuk tubuh yang bagus dan berparas cantik, banyak dari mereka fokus pada tampilan luar saja (outlook), tanpa memperhatikan faktor dalam (inner) yang justru lebih penting daripada outlook nya itu sendiri. Apakah ini yang disebut dengan kecantikan sejati? sadar atau tidak pemikiran tentang kecantikan banyak dipengaruhi oleh mitos-mitos kecantikan dan salah satu diantaranya adalah berasal dari dongeng-dongeng pada zaman dahulu, seperti cerita Cinderella misalnya, yang terus diadopsi oleh kaum perempuan dari generasi ke generasi. Lalu apa sebenarnya arti Inner beauty yang seseungguhnya?. Apakah kecantikan fisik adalah "penipuan" semata? untuk menjawabnya ada baiknya mari kita lanjutakan membaca dongeng tentang Cinderella dan mitos kecantikan yang dibawanya.

 
Alkisah, disebuah negreri antah berantah, hiduplah seorang gadis yang santik jelita namun hidupnya menderita akibat ulah Ibu tiri dan saudara-saudara tirinya. Dia menjadi pelayan bagi Ibu tiri dan kedua saudara tirinya. Suatu ketika pangeran mengumumkan akan mengadakan pesta dansa 3 hari 3 malam untuk mencari isteri. Para gadis di desa itu sibuk mempersiapkan diri dengan mempercantik diri mereka, membeli gaun yang indah untuk pergi ke pesta dansa itu. Tak terkecuali kedua saudara tiri Cinderella. Harapan gadis-gadis itu hanya satu, menjadi yang tercantik, dapat memikat hati sang pangeran, dan selanjutnya dapat menjadi isteri pangeran, sehingga dapat hidup sampai akhir hayat dengan bergelimang kemewahan dan kekayaan.

Cupikan resensi film diatas diambil dari film yang berjudul Cinderella Story. Selain melalui film Cinderella, kisah Cinderlla dituangkan dalam berbagai bentuk mulai dari kartun, buku bacaan anak hingga mainan untuk anak-anak. tak heran bila kisah ini terus melekat di hati para anak-anak, khususnya anak perempuan. Tetapi tanpa kita sadari, penciptaan dari dongeng-dongeng puteri dan raja atau dongeng-dongeng kepahlawanan seperti ini mempunyai misi tersembunyi di balik penciptaanya.

Yang menarik untuk dibicarakan di sini adalah bahwa para gadis bersusah payah mempercantik diri mereka hanya untuk pergi ke pesta dansa istana, mengapa? karena mereka ingin mengikat hati pangeran. Lalu apa? agar selanjutnya dapat menjadi isteri pangeran, dan dapat hidup sampai akhir hayat dengan bergelimang kemewahan dan kekayaan.

Dongeng-dongeng semacam ini sengaja diciptakan sebagai peneggasan bahwa perempuan adalah makhluk inferior yang tidak bisa hidup tanpa mengandalkan penampakan fisik mereka, Seolah-olah perempuan adalah makhluk lemah, tidak dapat hidup mandiri, dan selalu berada dibawah kekuasaan laki-laki, makhluk yang tidak mempunyai pilihan dan selalu menjadi objek.

Dalam budaya Patriarki, seorang perempuan dikatakan bernilai jika dilihat dari segi fisik seperti kecantikan, keanggunan, kesucian, menguasai pekerjaan domestik, dan sebagainya. Hal tersebut menjadi syarat mutlak bagi seorang perempuan untuk meningkatkan status sosialnya di masyarakat. perempuan yang memiliki syarat-syarat ini diharapkan dapat memikat pria-pria dan kemudian keinginan mereka tercapai. Namun tanpa disadari mereka telah memasuki "penjara kaca", terkungkung oleh suatu dominasi dan kekuasaan laki-laki.

Ironisnya, dongeng-dongeng seperti ini diwariskan dari generasi ke generasi, tidka hanya cerita dan tokohnya saja tetapi juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. namun tanpa disadari nilai moral tersebut menjadi strategi untuk mempermudah penyebaran misi mitos kecantikan merupakan upaya masyarakat patriarki. Mitos kecantikan merupakan upaya msyarakat patriarki (Patriarcal Society) untuk mengendalikan perempuan melalui kecantikannya. Mitos kecantikan adalah anak emas yang dibanggakan bagi masyarakat patriarki. Mitos kecantikan ini dikonstruksikan ke dalam norma dan nilai sosial budaya sehingga mitos kecantikan ini menjadi kebeenaran yang absolut.

Dalam mitos kecantikan, perempuan dikendalikan oleh suatu doktrin kecantikan. Doktrin kecantikan ini meliputi pengendalian tubuh dan s*ksualitas perempuan. Mitos kecantikan merupakan kombinasi dari jarak emosional, represi politik, ekonomi dan sosial. Namun sesungguhnya akar permasalahan ini adalah dominasi tubuh perempuan oleh laki-laki. Ketika dominasi ini muncul kepermukaan, maka tidak dapat terlepas dari hubungan kekuasaan laki-laki yang mengatasi tubuh perempuan. Hasil dari mitos ini berupa definisi mengenai dua jenis perempuan.

Perempuan yang baik-baik merupakan perempuan yang patuh terhadap norma dan nilai-nilai budaya. Sedangkan perempuan yang dikatakan tidak baik merupakan perempuan yang tidak patuh terhadap norma dan nilai-nilai budaya. Norma dan nilai-nilai budaya yang dimaksud disini tentu saja bersumber dari ideologi patriarki.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking